MENGENAL QIRO’AT IMAM NAFI’
(RIWAYAT QOLUN DAN WARSY)
Makalah
Disampaikan dalam Diklat Tilawah dan Tahfidz
LPTQ Kabupaten Cirebon
Juni 2012
Oleh:
MUHADDITSIR
RIFA’I, S.Pd.I
PENDAHULUAN
Al-Qur'anul
Karim adalah mu'jizat abadi, yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. sebagai
hidayah bagi manusia dan pembeda antara yang haq dan yang bathil. Disamping itu
Al-Qur'an diturunkan oleh Allah SWT. dalam bahasa Arab yang sangat tinggi
susunan bahasanya dan keindahan balaghahnya.
Bangsa
Arab sejak dahulu mempunyai lahjah (dialek) yang beragam antara satu kabilah
dan kabilah yang lain, baik dari segi intonasi, bunyi maupun hurufnya, namun
bahasa quraisy mempunyai kelebihan dan keistimewaan tersendiri, ia lebih tinggi
daripada bahasa dan dialek yang lain. Oleh karena itu, wajarlah apabila
Al-Qur'an pertama diturunkan adalah dalam bahasa quraisy kepada seoarang Rasul
yang quraisy pula. Dengan kata lain bahasa quraisy dalam Al-Qur'an lebih dominan diantara
bahasa-bahasa arab lainnya, antara lain karena orang quraisy berdampingan dengan
Baitullah, menjadi pengabdi dalam urusan haji dan tempat persinggahan dalam
perniagaan dan lain-lain.
Apabila
diantara pijakannya perbedaan dan keragaman dialek-dialek bahasa Arab tersebut,
maka Al-Qur'an yang diwahyukan Allah SWT. kepada Rasulullah Muhammad SAW. akan
menjadi sempurna kemukjizatannya apabila ia dapat menampung berbagai dialek dan
macam-macam cara membaca Al-Qur'an sehingga mudah dibaca, dihafal serta
difahami.
Banyak
sekali hadits-hadits shahih Nabi yang menyatakan bahwa Al-Qur'an itu tidak
diturunkan dalam satu bentuk bacaan (satu huruf) tetapi diturunkan dalam tujuh
huruf (Sab'atu Ahruf), antara lain hadits Ibnu Mas'ud ra. Berikut :
روى
البخارى ومسلم فى صحيحهما عن ابن مسعود رضى الله عنهما أنه قال:قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم:أقـرأني جبريل على حرف فراجعته فلم أزل أستـزيد ويزيدنى حتى انـتهى الى سبعة أحرف.وزاد مسلم : قال ابن شـهاب : بـلغنى أن تـلك السبعـة فى الأمر الذى يكون واحدا لا يـختلف فى حلا ل ولاحرام.
)رواه البخارى ومسلم(
"Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam shahih mereka
dari Ibnu Abbas ra .bahwasanya dia berkata: Rasulullah SAW. Bersabda:
"Jibril telah membacakan Al-Qur'an kepadaku dalam satu huruf, maka aku
minta kepadanya untuk dapat ditinjau kembali, aku juga selalu meminta kepadanya
agar ditambah. Akhirnya ia memberi tambahan sampai tujuh huruf. Imam Muslim
menambahkan: Ibnu Syihab berkata: Telah sampai kepadaku (kabar) bahwa tujuh itu
dalam perkara yang sebenarnya satu, tidak berbeda dalam halal dan haram."
(H.R. Bukhari – Muslim)
Pengertian Qiro'at
Menurut
bahasa, qiro'at adalah bentuk jamak dari qiro'at ألقراءة yang merupakan isim masdar dari qoro'a قرأ , artinya bacaan. Adapun menurut istilah,
ilmu qiro'at adalah sebagai berikut :
علم
يعرف به كيفية النطق فى الكلمات القرآنية وطريق أدائها إتفاقا واختلافا مع عز وكل وجه الناقلة
"Ilmu yang membahas tentang tata cara pengucapan
kata-kata Al-Qur'an berikut cara penyampaiannya, baik yang disepakati (Ulama
Ahli Al-Qur'an) maupun yang terjadi dengan menisbatkan setiap wajah bacaannya
kepada seorang imam qiro'at.”
Syekh Az-Zarqoni
mengistilahkan qiro'at dengan : "Suatu madzhab yang dianut oleh seorang
imam dari para imam qurro' yang berbeda dengan yang lainnya dalam pengucapan
Al-Qur'anul Karim dengan kesesuaian riwayat dan thuruq darinya. Baik itu
perbedaan dalam pengucapan huruf-huruf ataupun pengucapan bentuknya."
Adapun
yang pertama kali menyusun ilmu qiro'at adalah para imam qiro'at. Namun
sebagian ulama mengatakan yang pertama kali menyusun ilmu ini adalah Abu Umar
Hafsh bin Umar Ad-Duri. Sedangkan yang pertama kali membukukan adalah Abu Ubaid Al-Qosim bin Salam.
Pengertian Sab'atu Ahruf
Sab'atu
Ahruf sebagaimana terlihat dalam hadits tersebut diatas, belum diketahui dengan
jelas arti dan maksudnya. Kata Sab'atuAhruf terangkai dari kata
"Sab'ah" dan "Ahruf", dan keduanya mempunyai makna
konotatif (المشترك
اللفظى).
Untuk
mengetahui makna masing-masing secara tepat, maka terlebih dahulu melihat
konteks pemakaiannya. Menurut hakikat, arti kata "Sab'ah" adalah
bilangan antara enam dan delapan, terkadang ia digunakan untuk menunjukkan
bilangan banyak. Sebagaimana kata السبعون untuk menunjukkan bilangan puluhan, dan
kata السبعما
ﺋﺔ untuk menunjukkan
dalam bilangan ratusan. Sekedar contoh dapat dilihat dalam Al-Qur'an surat
Al-Baqarah ayat 16: كمثل
حبة انبتت سبع سنابل …
Tampaknya
Az-Zarqoni sembari menunjuk kepada hadits tersebut diatas, dan memahaminya
dengan seksama, lebih cenderung mengartikan kata sab'ah secara hakikat, yakni
mempunyai arti tujuh (bilangan antara enam dan delapan).
Adapun
arti kata "Ahruf", adalah jamak dari lafadz "Harf", yang
mempunyai arti antara lain; salah satu dari huruf hijaiyah, bahasa, ujung dari
sesuatu, wajah (segi). Nampaknya yang agak relevan, kata "harf"
diartikan wajah (segi) dalam pengertian yang masih umum, sebagaimana dapat
dilihat dalam Al-Qur'an surat Al-Haj ayat 11:
ومن الناس من يعبد الله على حرف …
"Sebagian manusia ada orang yang menyembah Allah pada
satu segi (keadaan)."
Sab'atu
Ahruf sebagai suatu kata majemuk, para ulama sepakat, bahwa yang dimaksud
bukanlah setiap kata dalam Al-Qur'an dapat dibaca dengan tujuh wajah, dan bukan
pula yang dimaksud adalah tujuh imam qiro'at sebagaimana anggapan sementara
orang awam. Sebab konsep "Sab'atu Ahruf" sudah ada sejak zaman Nabi.
Sedangkan qiro'at sab'ah muncul kemudian.
Menurut
Ibnu Hayyan: “Pendapat ulama mengenai pengertian sab'atu ahruf mencapai tiga
puluh lima pendapat”, namun pada kesempatan ini hanya akan dipaparkan beberapa
pendapat saja.
1. Abu Ubaid memberi maksud sab'atu ahruf adalah tujuh macam bahasa,
yakni bahwa Al-Qur'an diturunkan dengan tujuh macam bahasa, yaitu: Quraisy, Tsaqif,
Kinanah, Yaman, Hudzail, Hawazin dan Tamim.
2. Pendapat Kedua mengartikan: Halal, Haram, Muhkam, Mutasyabih, Amtsal,
Insya dan Ikhbar.
3. Pendapat Ketiga mengartikan dengan tujuh macam bentuk kaidah, yaitu:
Nasikh, Mansukh, Mujmal, Mubayyan, Khos,
'Aam dan Mufassar
4. Pendapat Keempat mengartikan dengan tujuh macam bentuk kalimat,
yaitu: Amar, Nahiy, Khabar,Thalab, Do'a, Zajr dan Istikhbar
5. Pendapat Kelima mengartikan: Wa'ad, Wa'id, Tafsir, I'rob, Takwil, Muthlak dan Muqayyad.
Menurut
Ibnu Al-Jazari pendapat tersebut tidak shahih, sebab para sahabat sebagaimana
yang terlihat dalam hadits Nabi tersebut diatas, tidaklah berselisih dalam
masalah tafsir, bahasa atau hukum, tetapi mereka berselisih dalam hal membaca
huruf-hurufnya.
Adapun
pendapat Az-Zarqoni yang didukung jumhur ulama tentang pengertian sab'atu ahruf
adalah pendapat yang diungkapkan oleh Abu Fadl Al-Razi. Menurutnya, bahwa
sab'atu ahruf tidak terlepas dari perbedaan yang berkisar pada tujuh wajah,
maksudnya bahwa Al-Qur'an dari awal sampai akhir – baik yang mutawatir maupun
yang syadz, tidak keluar dari tujuh wajah perbedaan, yaitu :
1. Perbedaan bentuk isim, antara mufrod, tatsniyah, jamak mudzakkar
atau muannats. Sebagaimana dijumpai dalam firman Allah dalam surat Al-Mu'minun
ayat 8 :
والذين هم لأمانتهم وعهد هم راعون lafadz لأما نتهم dibaca jamak لأما نتهم dan
mufrod لأما نتهم
2. Perbedaan bentuk fi'il;
madliy, mudlori', atau amr. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah surat Saba
ayat 19 :
فقا لوا ربنا با عد بين اسفارنا Qiro'at lain membaca : ... فقالوا ربنا باعد بين اسفارنا ...
3. Perbedaan dalam bentuk 'Irob, sebagaimana firman Allah surat Al-Baqarah ayat 282: ولايضاركا تب ولاشهيد pada lafadz ولايضارَّ dibaca fathah ro'nya, qiro'at lain dengan
dlommah ولايضارُّ
4. Perbedaan mendahulukan (taqdim) dan mengakhirkan (ta'khir). Seperti
firman Allah dalam surat Qaaf ayat 19 :
وجاء ت سكرة الموت بالحق Qiro'at lain dengan mendahulukan
lafadz الحق daripada الموت maka dibaca وجاء ت سكرة الحق بالموت
5. Perbedaan dalam menambah dan mengurangi (naqosh dan ziyadah).
Sebagaimana firman Allah surat Al-Lail ayat 3 :
وماخلق الذ كر والأنثى Qiro'at lain membaca dengan menghilangkan
lafadz ماخلق maka dibaca والأنثى والذ كر
6. Perbedaan dalam hal lahjah, seperti imalah, al-fath, tarqiq, tafkhim, idzhar,
idghom dan lainnya.
7. Perbedaan dalam masalah ibdal (penggantian). Sebagaimana firman
Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 259 : … وانظر الى العظام كيف ننشزها qiro'at lain membaca dengan ro'
pada lafadz نشزها yakni dibaca : ... وانظرالى العظام كيف ننشرها
Pendapat
ini terpilih antara lain karena
a. Pendapat ini tidak bertentangan dengan hadits-hadits Nabi, termasuk
yang telah disebutkan diatas.
b. Pendapat tersebut berdasarkan hasil penelitian yang mendetail
terhadap semua perbedaan qiro'at, yang ternyata tidak terlepas dari tujuh wajah
yang telah disebutkan diatas.
Hikmah Turunnya Al-Qur'an
Dalam Ahruf Sab'ah
Turunnya Al-Qur'an dalam ahruf sab'ah
mempunyai banyak hikmah dan rahasia, diantaranya : Pertama, sebagai
bukti atas terjaga dan terpeliharanya kitab Allah dari penggantian dan
perubahan dalam keadaannya yang mempunyai segi-segi yang banyak. Kedua, sebagai
keringanan dan kemudahan bagi ummat dalam membaca Al-Qur'an. Terutama kaum arab
yang diajak berdialog oleh Al-Qur'an, mereka adalah kabilah-kabilah yang
banyak. Dan diantara mereka ada perbedaan dalam logat bicara, tekanan suara,
dan cara menyampaikan. Serta lebih dikenalnya sebagian lafadz-lafadz untuk
menunjukkan sesuatu. Meskipun mereka semuanya terkumpul dalam kesatuan bangsa
arab dan mempunyai satu bahasa, yaitu bahasa arab secara umum. Sekiranya
semuanya diambil pada bacaan Al-Qur'an dalam satu huruf tentulah akan
memberatkan. Ibnu Al-Jazari berkata: "Adapun sebab turunnya Al-Qur'an
dalam ahruf sab'ah adalah sebagai keringanan atas ummat ini, dan kehendak dari
Allah untuk memudahkan ummat dalam membacanya. Juga agar ummat tidak merasa
berat dalam memikul Al-Qur'an. Ini semua untuk kemuliaan, rahmat dan keutamaan
serta kelebihan ummat Muhammad SAW. Juga sebagai jawaban dari permintaan Nabi
ummat ini. Karena beliau adalah manusia yang terbaik dan kekasih Allah. Ketika
Jibril mendatangi beliau dan berkata; "Sesungguhnya Allah menyuruhmu untuk
membacakan Al-Qur'an pada ummatmu dalam satu huruf. Jawab Nabi SAW: "Aku
memohon perlindungan Allah dan ampunan-Nya, sesungguhnya ummatku tidak mampu
untuk itu. Dan beliau terus mengulang permintaannya sehingga mencapai tujuh
huruf." Ketiga, menyatukan ummat Islam dalam satu bahasa yang ada
diantara mereka yaitu bahasa quraisy yang Al-Qur'an turun dengan bahasa
tersebut. Dengan kata lain bisa juga dikatakan bahwasanya Al-Qur'an turun
dengan bahasa quraisy. Karena semua bahasa-bahasa arab terwakili dalam lisan
quraisy. Dan ini adalah hikmah Ilahiyah yang agung. Karena kesatuan bahasa
adalah faktor terpenting untuk menyatukan ummat. Terlebih lagi pada masa-masa
awal berkembangnya Islam. Keempat, menggabungkan diantara dua hukum yang
berbeda karena adanya dua qiro'at. Seperti
firman Allah SWT:
(222: فاعتزلوا النساء فى
المحيض ولا تقربوهن حتى يطهرن ﴿ البقره
Bisa dibaca dengan takhfif dan
tasydid pada huruf tha' dari kalimat يطهرن Adapun jika dibaca dengan tasydid يطهرن berarti menunjukkan wajibnya melebihkan
dalam sucinya perempuan dari haidl. Karena bertambahnya mabni kalimat berarti bertambah
pula maknanya. Sedangkan yang membaca takhfif, tidak mempunyai makna lebih.
Dengan demikian dari dua qiro'at ini bisa diambil dua hukum : 1. Suami tidak
boleh menggauli istrinya yang sedang haidl sehingga ia suci, yaitu dengan
terputusnya darah haidl. 2. Istri yang sedang haidl tidak boleh dikumpuli oleh
suaminya sehingga ia suci, yaitu dengan mandi selepas dari habisnya masa haidl.
Maka untuk bolehnya mendekati istri, istri harus suci dua-duanya. Suci dengan
terputusnya darah haidl dan suci dengan mandi selepas haidl. Ini adalah
pendapat Imam Syafi'i dan yang sependapat dengan beliau. Kelima, dalil atas dua hukum syar'i ,tetapi dalam dua
keadaan yang berbeda. Misalnya dalam wudlu, Allah berfirman :
فاغسلواوجوهكم وأيد يكم ﺇلى المرافق وامسحوا
برء وسكم وارجلكم ﺇلى الكعبين Lafadz ارجلكم bisa dibaca dengan nashab seperti diatas,
bisa juga dibaca dengan jar ارجلكم. Kalau dibaca dengan nashab berarti ia
'athaf ke وجوهكم yakni,
فاغسلوا وجوهكم وايد يكم وارجلكم, dengan demikian kaki harus dibasuh sebagaimana
muka dan tangan. Namun jika dibaca dengan jar, berarti ia 'athaf ke: برءوسكم yakni, وامسحوابرء وسكم وأرجلكم dengan demikian kaki cukup diusap
sebagaimana kepala. Sedangkan Rasulullah SAW. telah menjelaskan bahwa mengusap
kaki itu bagi yang memakai sepatu. Adapun yang tidak memakai sepatu wajib
membersihkan kakinya.
Qiro'at
Ditinjau Dari Nilai Sanadnya Suatu qiro'at atau bacaan Al-Qur'an baru dianggap sah apabila memenuhi
tiga persyaratan, yaitu:
1). Harus mempunyai sanad yang mutawatir, yakni bacaan itu diterima
dari guru-guru yang terpercaya, tidak ada cacat, dan bersambung sampai kepada
Rasulullah SAW.
2). Harus sesuai dengan Rosm Utsmani dan
3). Harus sesuai dengan kaidah tata bahasa arab.
Dari
penelitian dan pengujian yang dilakukan para pakar qiro'at dengan mengungkapkan
kaidah dan kriteria tersebut, diungkapkan bahwa suatu qiro'at apabila ditinjau
dari segi sanadnya akan terbagi menjadi enam tingkatan, menurut pendapat Imam
As-Suyuthi yang menukil pendapat dari Ibnul Jazari. Keenam tingkatan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Mutawatir, yaitu qiro'at yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi
yang cukup banyak pada setiap tingkatan dari awal sampai akhir yang bersambung
hingga Rasulullah SAW.
2. Masyhur, yaitu qiro'at yang mempunyai sanad yang shahih, tetapi
hanya diriwayatkan oleh seorang atau beberapa orang yang adil dan tsiqqoh. Dan
perawinya tidak sebanyak qiro'at mutawatir.
3. Ahad (shahih), yaitu qiro'at yang mempunyai sanad yang shahih,
tetapi tidak cocok dengan Rosm Utsmani dan menyalahi kaidah tata bahasa arab.
4. Syadz, yaitu qiro'at yang tidak mempunyai sanad yang shahih atau
qiro'at yang tidak memenuhi tiga syarat sah untuk diterimanya qiro'at.
5. Mudraj, yaitu qiro'at yang disisipkan kedalam ayat Al-Qur'an.
6. Maudlu, yaitu qiro'at buatan yakni yang disandarkan kepada
seseorang tanpa dasar serta tidak memiliki sanad ataupun perawi.
Perbedaan Qiro'at - Riwayat – Thariq
Bacaan
suatu lafadz Al-Qur'an apabila dinisbatkan kepada seorang imam qiro'at,
dinamakan qiro'at. Dan oleh karena yang disebut imam qiro'atnya, maka berarti
bacaan kedua perawinya tidak ada ikhtilaf, atau sama bacaannya. Sebaliknya
apabila bacaan suatu lafadz Al-Qur'an dinisbstkan pada salah satu perawinya,
maka dinamakan riwayat, berarti dalam bacaan tersebut pasti ada ikhtilaf
(perbedaan bacaan) antara kedua perawi dari imam qiro'atnya. Adapun bacaan yang
dinisbatkan kepada murid-murid perawinya sampai dibawahnya, disebut Thariq.
Sebagai contoh, lafadz ملك dalam surat Al-Fatihah, dibaca dengan menetapkan
alif (itsbat alif) sesudah mim oleh 'Ashim dan Al-Kisa'i, yakni dibaca ملك Berarti kedua perawi 'Ashim (Syu'bah dan
Hafsh) dan kedua perawi Kisa'i (Abu Al-Harits dan Ad-Duri) membaca itsbat alif
sesudah mim. Satu hal lagi yang sering digandengkan dengan qiro'at, riwayat,
dan thariq adalah wajh (وجه),yaitu cara seorang qori atau perawi dalam
membaca suatu kalimat. Misalnya kalimat ﺇركب معنا , Hafsh mempunyai dua wajh (cara) dalam
membaca kalimat ini, yaitu dengan idghom dan idzhar. Jika dengan idghom berarti
harus mengidghomkan ba' kedalam mim dan otomatis bunyi ba'nya hilang. Dan jika
dibaca dengan idzhar berarti harus membaca qolqolah pada ba' sukun. Seperti ini
dan yang semacamnya disebut dengan wajh. Hukum Qiro'at Sab'ah Dan Qiro'at 'Asyroh
Para Ulama sepakat bahwa qiro'at sab'ah adalah mutawatir. Ibnu As-Subki berkata
dalam Jam'i Al-Jawam'i : Qiro'at sab'ah itu mutawatir dengan kemutawatiran yang
sempurna. Yakni dinukil dari Nabi SAW. oleh banyak orang yang tidak mungkin
terjadi kesepakatan diantara mereka untuk berbohong. Terkadang ada orang yang
membantah, sekiranya qiro'at sab'ah ini mutawatir semuanya, tentu para qurro'
tidak ada yang berbeda dalam qiro'at mereka. Namun ternyata banyak terdapat
perbedaan diantara mereka. Jadi qiro'at sab'ah tidak bisa dikatakan mutawatir.
Pertanyaan ini dijawab dengan; Bahwasanya perbedaan dalam qiro'at tidak
mempengaruhi kemutawatiran qiro'at sab'ah. Justru karena adanya perbedaan
itulah makanya qiro'at ada bermacam-macam. Dan semua huruf yang ada dalam
qiro'at sab'ah merupakan bagian dari ahruf sab'ah. Sedangkan ahruf sab'ah
sendiri berbeda satu sama lain.
Dalam
Al-Burhan Imam Az-Zarkasyi berkata : "Jumhur Ulama sepakat bahwasanya
qiro'at sab'ah adalah qiro'at mutawatir". Adapun mengenai qiro'at 'Asyroh
ulama berbeda pendapat, yang rajih dan yang benar adalah bahwa qiro'at 'Asyroh
semuanya mutawatir. Ini adalah pendapat Ibnu As-Subki, An-Nuwairi, Ibn
Al-Jazari, Abu Syamah, dan masih banyak lagi ulama yang lain yang mengatakan
bahwa qiro'at 'asyroh adalah qiro'at yang mutawatir. Ibnu Al-Jazari menyatakan
dalam Munjid Al-Muqri'in bahwasanya qiro'at yang mutawatir adalah qiro'at
'asyroh, adapun qiro'at selain itu adalah qiro'at syadzdzah. Qiro'at yang
sepuluh, sanad mereka, perawi mereka dan manhaj masing-masing qiro'at mereka.
1.
Nafi' ( نافع )
Ia adalah
Nafi' bin Abdirrahman bin Abi Nu'aim Al-Laitsi Al-Madani. Aslinya dari Asbahan.
Kulitnya berwarna hitam berwajah bagus, baik akhlaknya dan mempunyai jiwa
humoris. Nafi' mempunyai gelar; Abu Ruwaim ada yang mengatakan Abu Al-Hasan.
Membaca Al-Qur'an pada tujuh puluh
orang tabi'in. Diantaranya; Abu Ja'far, Syaibah bin Nashoh, Muslim bin Jundub,
Yazid bin Ruman, Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri dan Abdurrahman bin
Harmuz Al-A'roj. Abu Ja'far membaca pada bekas budaknya Abdullah bin Ayyasy,
Abdullah bin Abbas dan Abu Hurairah juga membaca pada Zaid bin Tsabit. Syaibah,
Muslim dan Ibnu Ruman membaca pada Abdullah bin Ayyasy. Syaibah juga mendengar
qiro'at Umar bin Khathab. Az-Zuhri membaca pada Sa'id bin Al-Musayyab. Sa'id membaca
pada Abu Musa Al-Asy'ari. Al-A'roj membaca pada Ibnu Abbas, Abu Hurairah dan
Abdullah bin Ayyasy. Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa Al-Asy'ari dan
Umar bin Khathab membaca pada Rasulullah SAW. Banyak sekali orang yang
meriwayatkan qiro'at Nafi', baik sekedar mendengar atau membaca langsung.
Jumlah mereka tidak terhitung. Mereka datang dari Madinah, Syam, Mesir, Bashrah
dan lain-lain. Diantara orang yang bertalaqqi dengan Nafi' adalah : Imam Malik
bin Anas dan Imam Laits bin Sa'ad. Nafi' lahir pada tahun 70 H dan wafat pada
tahun 169 H. Orang yang termasyhur meriwayatkan dari Nafi' ialah Qolun dan
Warsy. Inilah data mereka berdua :
1). Qolun ( قالون )
Dia
adalah Isa bin Mina bin Wardan bin Isa bin Abdish shomad. Qolun adalah
julukannya, Nafi' yang memberikan julukan itu dikarenakan bacaannya yang bagus.
Qolun menurut bahasa Romawi berarti bagus. Qolun juga digelari dengan Abu Musa.
Pada masa tuanya Qolun terserang tuli, dia tidak bisa mendengar apa-apa. Tetapi
bila ada orang membaca Al-Qur'an padanya, dia bisa mengetahui kesalahan
tersebut melalui gerakan mulutnya. Kemudian ia membenarkan dengan isyarat
mulutnya. Qolun lahir pada tahun 120 H. pada masa Khalifah Hisyam bin Abdil
Malik. Membaca pada Nafi' pada tahun 150 H. pada masa Khalifah Abu Ja'far
Al-Manshur, dan meninggal pada tahun 220 H. pada masa Khalifah Al-Makmun.
Manhaj
Qolun dalam
Qiro’at
1. Membaca basmalah disetiap antara dua surat kecuali antara Al-Anfal dan At-Taubah. Untuk ini Qolun
mempunyai 3 wajah : Al-Qoth, As-Sakt
dan Al-Washl, ketiganya tanpa basmalah.
2. Mendlommahkan mim jamak dan menyambung dengan wawu jika sesudahnya
huruf berharokat, baik itu hamzah atau yang lain, seperti سواء
عليهم ءانذرتهم ام لم تنذرهمmenjadi سواء عليهمو ءانذرتهمو ام لم تنذرهمو Qolun juga mempunyai cara lain, yaitu
mensukunkan mim jamak. Jadi dalam mim jamak ini Qolun mempunyai dua wajah,
yaitu; shilah (disambung dengan wawu jama’) dan sukun mim jamak.
3. Membaca dengan qoshr al-munfashil dan tawassuth al-munfashil. Kadar
qoshr adalah dua harokat dan tawassuth empat harokat. Untuk mad wajib muttashil
Qolun hanya membaca dengan tawassuth.
4. Mentashilkan hamzah kedua dari dua hamzah yang bertemu dalam satu
kalimat dengan memasukkan satu alif diantara keduanya dengan kadar dua harokat,
baik hamzah kedua itu maftuhah, maksuroh atau madlmumah. Seperti ءؤﻧﺑﺋﮑم,ءأنتم,أئنكم
5. Mengitsqotkan hamzah pertama dari dua hamzah yang bertemu dalam dua
kalimat, dengan ketentuan hamzah pertama merupakan akhir kalimat pertama dan
hamzah kedua merupakan awal kalimat kedua. Dan ini hanya jika dua hamzah itu
sama-sama fathah, seperti ثم إذا شاء أ نشره dibaca dengan menggugurkan hamzah pertama,
menjadi ثم
إذا شاأنشره adapun jika hamzah itu sama-sama kasroh, seperti هؤلاء إ ن كنتم atau sama-sama dlommah, seperti أولياء اوﻟﺋﻚ maka dibaca dengan mentashilkan hamzah
pertama. Dan untuk hamzah kedua pada tiga keadaan ini, Qolun hanya membacanya
dengan tahqiq. -Tetapi jika dua hamzah itu berbeda harokatnya, maka Qolun
mentashilkan hamzah kedua baina-baina jika kasroh dan hamzah pertamanya fathah,
seperti وجاء إ خوة يوسف atau dlommah dan yang pertama fathah, seperti:
كلماجاءأمة dan mengibdalkannya menjadi ya' jika
fathah dan yang pertama kasroh, seperti من السماء أية dan mengibdalkannya menjadi wawu
jika kasroh dan yang pertama dlommah, seperti يشاء إلى صراط مستقيم من Qolun membaca hamzah pertama pada empat
keadaan ini hanya dengan tahqiq.
6. Mengidghomkan dzal (ذ ) kedalam ta ( ت), seperti: أخذ تم , أخذ ت
7. Mentaqlilkan alif pada lafadz التوراة diseluruh Al-Qur'an. Dan mengimalahkan
alif pada lafadz هار dalam ayat شفاجرف هارفا نهاربه Tidak ada imalah lagi dalam riwayat Qolun
kecuali kalimat ini.
8. Memfathahkan ya'at idlofah jika sesudahnya hamzah maftuhah, seperti
إني أعلم atau maksuroh, seperti فتقبل مني إنك atau madlmumah, seperti إني أريد atau jika sesudahnya adat ta'rif, seperti لاينال عهدي الظالمين atau sesudahnya hamzah washol, seperti من بعدي اسمه احمد
9. Menetapkan ya'at az-zaidah dalam keadaan washol, seperti: ذلك ما كنا نبغ فارتدا,
يوم يأت لاتكلم , والليل
إذ يسر menjadi : نبغي, يأتي ,يسري
Membaca kalimat فهي, فهو, وهي, وهو,
لهي, لهو dengan mematikan ha (ﻫ ) dimana saja berada.
2). Warsy ( ورش )
Dia
adalah Utsman bin Sa'id bin Abdullah bin Sulaiman Al-Mishri. Nafi' menggelarinya
dengan Warsy dikarenakan kulitnya yang putih sekali. Warsy adalah sesuatu yang
terbuat dari susu. Warsy juga dijuluki dengan Abu Sa'id. Lahir pada tahun 110 H
di Sho'id Mesir. Aslinya dari Qoiruwan, kemudian pergi ke Madinah dan membaca
Al-Qur'an pada Nafi', bagus bacaannya. Setelah selesai pada Nafi' kembali lagi
ke Mesir dan mengajar Al-Qur'an dengan apa yang didapatkan dari Nafi'. Manhaj
Nafi' Dalam Qiro'at Nafi' mempunyai dua pilihan atau dua manhaj dalam Qiro'at.
Membacakan Qolun dengan salah satunya dan mengajar Warsy dengan yang lain.
Manhaj
Warsy dalam Qiro’at
1. Mempunyai tiga cara dalam membaca antara dua surat; Basmalah, As-Sakt, dan Al-Washl. Dua cara terakhir tanpa
Basmalah. Adapun antara Al-Anfal dan At-Taubah sam seperti Qolun.
2. Membaca dengan isyba' pada mad muttashil dan munfashil dengan kadar
enam harokat. Mempunyai tiga wajah dalam membaca mad badal; Qoshr, Tawassuth,
dan Mad. Baik itu badal muhaqqoq, seperti آمنوا atau badal mughoyyar bin naql, seperti با لآخرة atau bit-tashil, seperti ءآلهتنا atau bil-ibdal, seperti من السماء آية Untuk huruf lien yang jatuh sebelum hamzah
seperti شيء, شيء, ﺷﻴﺌﺎ,كهيئه Warsy membaca dengan tawassuth dan mad,
baik dalam keadaan washol maupun waqof.
3. Jika ada dua hamzah yang
bertemu dalam satu kalimat, Warsy mentashilkan hamzah kedua baina-baina tanpa
idkhol, seperti أ ئنكم, ءأﻧﺒﺌﻜﻢ Untuk yang sama-sama fathah, seperti ءأشكر, ءأنذرتهم Warsy juga membaca dengan mengibdalkan
menjadi alif dengan mad al-musyba'
dengan kadar enam harokat, jika sesudahnya sukun. Adapun jika sesudahnya
berharokat, Warsy membaca dengan qoshr, seperti
ءألد
4. Mentashilkan hamzah kedua dari dua hamzah yang bertemu dalam dua
kalimat yang sama harokatnya, seperti جاء أمرالله, من السماء ﺇن كنتم, أولياء أولئك Warsy juga mengibdalkan mad al-musyba' jika sesudah hamzah kedua
sukun, seperti شاء أنشره dan
jika sesudahnya berharokat, dengan qoshr, seperti جاء أحد adapun jika dua hamzah yang bertemu dalam
dua kalimat itu berbeda harokat, Warsy membaca sebagaimana Qolun.
5. Mengibdalkan hamzah sukun menjadi huruf mad sesuai harokat
sebelumnya jika hamzah itu fa' kalimat, -menjadi wawu jika sebelumnya dlommah,
seperti مومنون,
يومنون, تومرون dan menjadi alif jika sebelumnya fathah, seperti يا مرون , تا لمون , فا تو Warys juga mengibdalkan hamzah sukun jika
dia 'ain kalimat pada tiga lafadz بيس , بير , الذ يب juga mengibdalkan hamzah maftuhah menjadi
wawu jika sebelumnya dlommah, apalagi dia fa' kalimat, seperti:
المولفة , يويد , يواخذ , موذ ن , موجلا
6. Menaqlkan harokat hamzah pada huruf sukun sebelumnya atau tanwin
dan membuang hamzah jika huruf sakin ini bukan huruf mad atau lien. Dengan
syarat huruf sakin ini akhir kalimat pertama dan hamzahnya harus hamzah qoth'i
diawal kalimat berikutnya, seperti قدأفلح, من أهلك,كتبت أيديهم menjadi كتبت يد يهم, قد فلح, من هلك Juga tanwin diakhir kalimat bertemu dengan
hamzah qoth'i diawal kalimat berikutnya, seperti أن, أخ او, أجرا ﺇن ملجأ اومغرات أومدخلا menjadi ملجأ نومغرات نو مدخلا, أكنة ني, اخ نو, أجرنن termasuk dalam hal ini adalah lam
ta'rif jika lamnya bersambung dalam rosm, seperti الآخرة, اﻹنسان menjadi الاخرة, النسان
7. Mendlommahkan mim jamak dan menyambungkan dengan wawu jika
sesudahnya hamzah qoth'i, seperti لكم أ نفسكم , ا نتم ﺇلا, منهم أ ميون menjadi : لكموانفسكم, انتموﺇلا منهمواميون dengan demikian maka menjadi mad
munfashil.
8. Mengidghomkan dal (د) kedalam (ض), seperti قدضلوا dan ta' (ت) kedalam dzo' (ظ), seperti كانت ظالمة dan mengidghomkan dzal (ذ) kedalam ta' (ت), seperti وأخذتم
9. Mentaqlilkan alif yang telah berubah menjadi ya', seperti اتـى , التقوى , المثـلى , ﺇستـوى , الـهوى , الـهدى dalam hal ini Warsy juga membaca dengan
fathah. Mentaqlilkan alif mutathorrifah yang jatuh setelah ro', seperti نرى, سكارى, أخرى, نصارى, ﺇشترى dan mentaqlilkan juga alif yang jatuh
sebelum ro' mutathorriyah maksuroh, seperti النهار, الأبرار, أبصارهم الدار, dan
mentaqlilkan juga كافرين , الكافرين
10. Mentarqiqkan setiap ro' maftuhah atau madlmumah yang jatuh setelah
ya sakinah atau kasroh muttashilah, seperti:
تنظرون , نذ يرا , خيرا , نخرة dan mentafkhimkan ro' pada tiga isim
a'jami, yaitu : عمرا ن, ﺇ سرا ئيل, ﺇ برا هيم juga pada : ﺇرم ذات ا لعماد
11. Mentaghlidzkan lam maftuhah yang jatuh setelah shod (ص) maftuhah, seperti الصلوة atau sakinah, seperti يصلى atau jatuh setelah tho' (ط) dan dzo' (ظ) maftuhah, seperti بطل, ظلم atau sakinah, seperti مطلع, يظلمون
12. Untuk ya'at al-idlofat manhaj Warsy sama dengan Qolun, hanya sedikit
perbedaan diantara mereka.
13. Juga sama dengan Qolun dalam masalah ya'at zaidah, dengan sedikit
perbedaan pada tempat-tempat tertentu.
Syukron katsiiroo
BalasHapusSyukron
BalasHapusThanks
BalasHapusPunten dikasih keterangan sumber materinnya dari mana?#maaf
BalasHapusMango Slots Casino | Casino | Jeopardy, Slots & Games | JamBase
BalasHapusLearn more about 화성 출장안마 our Mango 여수 출장샵 Slots 제주도 출장마사지 casino review and 동두천 출장샵 make a real money bet on a huge variety of 남양주 출장마사지 games, including slots, video poker, and games!